Selasa, 11 November 2014

Pentingnya membedakan antara Perasaan dan Emosi

ADALAH penting membedakan antara perasaan (feeling) dan emosi (emotion). Jika seseorang tidak mampu membedakan antara keduanyaatau mencampur adukkan antara satu sama lain di dalam mengambil keputusan, maka tidak tertutup kemungkinan pilihan tindakan kita bakal mengecewakan. Karena itu, identifikasi antara keduanya membantu seseorang melakukan pilihan tindakan yang tepat.

Perasaanmerupakan sumber energy dan merupakan kekuatan untuk mendukung pilihan kebenaran yang kita pilih.

Sedangkan emosimerupakan kekuatan yang dapat mendukung semangat kita, namun tidak ada jaminan dukungan itu bermanfaat atau tidak.
Emosi berasal dari kata e+motion=energy in motion, yaitu energy yang melekat di dalam amarah. Emosi tidak ada hubungannya dengan apakah obyek reaksi itu sesuatu yang benar atau salah.

Perasaan amenginformasikan kita tentang suatu obyek (what you know about a thing). Sedangkan emosimenggambarkan perlakuan kita terhadap suatu obyek yang sudah kita ketahui (what you do with what you know).

Perasaan lebih banyak berkonotasi positif, sedangkan emosi lebih banyak berkonotasi negatif.Pertimbangan perasaan dapat digunakan untuk menilai apakah seseorang itu baik atau buruk, tetapi pertimbangan emosi tidak dapat dibenarkan sebagai alat ukur untuk apapun. Masalahnya ialah perbedaan antara perasaan dan emosi tidak tajam. Bahkan sebagian bidang perasaan dan emosi bertumpang tindih.

Orang sering kali tidak sadar kalau tindakannya itu emosi.Mereka masih menyangka tindakannya dalam lingkup perasaan yang dapat dibenarkan tetapi penilaian orang sudah dianggap tindakan emosi.

Contohnya, seorang pimpinan memecat salah seorang karyawannya lantaran mendapatkan laporan anak buahnya itu bolos. Tindakan spontanitas pimpinan itu dapat disebut tindakan emosi. Namun jika sebelumnya ia menunda beberapa saat untuk mendalami persoalan itu, maka tindakannya disebut tindakan perasaan. Ketika sang pemimpin melakukan konfirmasi kepada yang bersangkutan, apalagi melibatkan pihak ketiga sebagai sakasi, maka tindakannya dapat disebut tindakan rasional.

Contoh lain di dalam Al-Qur’an, ketika Nabi Sulaiman marah akan ketidak hadiran burung Hud-hud dalam sebuah pertemuan, bahkan Nabi Sulaiman berjanji akan menghukum burung itu dengan sanksi berat, namun penjatuhan sanksi itu tidak dilakukan secara spontan saat burung-burung itu datang.
Nabi Sulaiman mengkonfirmasi keterlambatannya. Setelah mendengarkan alasan burung Hud-hud itu maka Nabi Sulaiman memahami alasan keterlambatan tersebut sehingga tidak jadi diberikan sanksi. 

Tindakan Nabi Sulaiman bukan tindakan emosi tetapi tindakan perasaan, yaitu memberikan apresiasi positif laporan berharga yang disampaikan burung Hud-hud. Keterlambatan burung Hud-hud menghadiri pertemuan karena mampir mengamati stau kerajaan besar yang dipimpin seorang perempuan (Ratu Balqis). 

Seandainya Nabi Sulaiman menggunakan emosi, langsung menghukum burung Hud-hud, maka mungkin Nabi Sulaiman tidak mendapatkan informasi terhadap sebuah kerajaan besar yang bakal menyaingi kerajaannya.

Dengan ketenangan dan kesabaran Nabi Sulaiman menjadi pendengar aktif dari cerita burung Hud-hud, maka tindakan tepat dan cerdas lahir dari Nabi Sulaiman.

Ini semua memberikan pelajaran berharga bagi kita bahwa ternyata antara tindakan feeling dan tindakan emotionmelahirkan akibat yang berbeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar