Rabu, 07 Januari 2015

Rumus Kehidupan

Oleh: KH Abdullah Gymnastiar 

    SAUDARAKU, mungkin kita masih ingat beberapa rumus yang pernah diajarkan di sekolah. Seperti rumus luas lingkaran, segitiga, kubus, dan sebagainya. Rumus-rumus tersebut diajarkan di sekolah untuk memudahkan kita dalam menghitung. Orang tidak lulus ujian di sekolah bukan karena salah soal, tapi karena salah rumusnya. Salah rumus, salah jawabannya.Begitu dengan kehidupan ini. Rumus kehidupan adalah al-Quran dan Sunnah Rasul. Di antaranya adalah rumus tentang masalah, yang sehari-hari paling dekat dengan kita. Kita bisa membacanya pada surah al-Baqarah [2] ayat 155-157:

Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kalaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata Inn lillhi wa inn ilaihi rjin (sesungguhnya kami milik Allah, dan kepada-Nyalah kami kembali). Merekalah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk.

      Rumus ini menerangkan bahwa hidup kita pasti akan ditimpakan oleh Allah SWT, sedikit ujian. Ketakutan, kelaparan, maupun kekurangan harta. Pasti ditimpakan, dan tidak bisa tidak. Tetapi ayat tersebut melanjutkan agar memberikan kabar gembira bagi orang yang sabar dalam melaluinya. Jadi, kalau kita sabar, maka kepahitan itu sebetulnya adalah kabar gembira.
    Lalu, sabar itu apa? Kita semua milik Allah, dan kita pasti kembali kepada-Nya. Satu tidak merasa memiliki, dua tidak punya tempat kembali. Sehingga selama kita merasa memiliki, dan selama kita masih mencari tempat kembali selain Allah, maka tidak akan ada sabar.
    Jadi dari musibahlah datangnya berita gembira bagi orang yang sabar. Yaitu orang yang merasa tidak memiliki apa pun, kecuali yakin lahir dan batin kalau semuanya milik Allah SWT.
   Dengan begitu, barang siapa yang ingin mendapatkan keberkahan yang sempurna, curahan rahmat dan petunjuk, maka dia harus siap melewati kepahitan yang sedikit, dan yang pasti ditimpakan.Nah, saudaraku, ketika diberikan sebuah ujian, kita merasa menderita itu bukan karena ujiannya yang besar. Ujiannya itu hanya sedikit, dan kepahitannya untuk kita pun sudah diukur. Kita menderita menghadapi ujian itu karena kita sendiri yang mendramatisirnya. Mengapa? Karena kita belum tahu rumusnya.Dikarenakan tidak tahu atau lupa rumusnya, kadang ada juga orang yang malah sengaja mendramatisir kesulitannya sendiri. Kepahitannya justru dijadikan sebagai pencitraan, supaya orang-orang kasihan lalu membantunya, maupun supaya orang-orang menganggap dirinya hebat.
    Jangan, saudaraku. Untuk apa? Ujian hidup kita yang sedikit itu urusannya dengan Allah SWT, dan setiap jalan keluar juga milik-Nya. Berdoalah kepada Allah dan bersabarlah. Tidak akan ada gunanya kita menangisi masalah, mempersalahkan orang lain, atau mencari simpati dan pencitraan atas masalah yang dihadapi, kecuali hanya akan membuat kita semakin menderita. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.(QS. ar-Rad [13]: 28).

   Jadi, mari kita baca dan pelajari al-Quran dan Sunnah. Kita pahami rumus kehidupan yang telah dijelaskan dengan amat terang di sana. Supaya kita bisa lulus ketika menghadapi ujian, dan supaya hidup kita di dunia yang sementara ini tidak gagal. [*]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar