Jumat, 10 April 2015

Lawan Sifat Dengki dengan Ghibthah


 

DENGKI atau hasad adalah sikap yang sangat tercela. Yaitu sikap seseorang yang tidak senang apabila melihat saudaranya mendapat kenikmatan, keuntungan atau karunia. Ia mengharapkan semua kenikmatan itu sirna dari saudaranya, dan kalau bisa berpindah kepada dirinya.

Sebagai firman Allah Swt, Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya (QS. AliImran [3]:120).

Dengki sangatlah tercela karena penyakit ini bisa menyebabkan berbagai penyakit lain yang tidak kalah busuknya. Yaitu dengki bisa mendatangkan rasa dendam, permusuhan, fitnah hingga kemunafikan yang merupakan dosa besar.

Betapa berbahayanya dengki itu, sampai-sampai Allah memperingatkan kita dari karakter dengki. Allah Swt berfirman,Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh. Dari kejahatan makhluk-Nya. Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus buhul-buhul. Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki. (QS. Al Falaq [113]:1-5).

Seperti seorang pedagang yang kiosnya bertetanggaan dengan pedagang lain. Mereka berjualan barang-barang yang kurang lebih sama. Namun, kios pedagang X lebih ramai dikunjungi pembeli disbanding kios pedagang Y. Lantas pedagang Y tidak suka atas apa yang terjadi pada pedagang X. Ia berharap dirinyalah yang mendapat keuntungan, bukan X. Timbul kegelisahan dalam hati Y, sehingga ia berfikiran negatif, mengharap apa yang dialami X, terjadi pada dirinya. Bahkan ia mengharapkan karunia yang dirasakan X itu berakhir.

Pendengki adalah orang yang paling rugi. Dia berbuat zhalim yang dirugikan dan menderita adalah dirinya sendiri. Padahal kedengkiannya pada orang lain tak akan mengubah apa yang telah Allah berikan kepada hamba-Nya. Takdir Allah terhadap seseorang tak pernah bisa dihalang-halangi oleh seorangpun atau sesuatu apapun.

Malangnya seorang pendengki adalah ia akan semakin bertambah nelangsa dan menderita jika pemberian Allah kepada orang yang didengki itu semakin bertambah. Kedengkian adalah bukti kurang iman. Dengki itu bukti tidak ridha pada perbuatan Allah terhadap hamba-Nya. Dengki itu sikap ingin mengatur Allah sesuai hawa nafsunya. Tentulah dengki itu sikap yang tak punya adab. Yaitu adab terhadap Allah, Tuhan semesta alam.

Padahal sesunguhnya Allah berbuat sesuai kehendak-Nya pasti dengan ke Mahaadilan-Nya. Harusnya kita bersyukur atas apa yang telah Allah karuniakan kepada kita, dan juga turut bersyukur atas apa yang Allah berikan kepada hamba-Nya yang beriman lainnya.Setiap orang mendapatkan kapling ketentuannya masing-masing. Jangankan satu kampung, bahkan kakak-adik saja atau kembar sekalipun tetap saja berbeda.

Rezeki, kemampuan, postur tubuh, jodoh dan hal lainnya tidak akan sama.Allah Swt memerintahkan sesama muslim untuk saling mendukung, membantu, mendoakan dan turut merasa gembira atas kegembiraan yang sedang dirasakan oleh sesama muslim. Inilah yang disebut dengan sikap Ghibthah, sikap yang bertolak belakang dengan dengki.

Para ulama menerangkan bahwa Ghibthah adalah rasa ingin mendapatkan kenikmatan atau keberuntungan yang didapatkan oleh orang lain, tanpa diiringi hawa nafsu yang menginginkan kenikmatan atau keberuntungan itu hilang dari orang yang mendapatkannya.

Orang yang Ghibthah juga tidak merasa benci manakala melihat orang lain mendapat nikmat atau keberuntungan.Inilah yang dimaksud dengan dengki atau hasad pada hadits berikut ini.

Rasulullah Saw bersabda, Tidak ada hasad yang dianjurkan, kecuali pada dua perkara, (Yaitu)(1) orang yang diberikan pemahaman Al Quran lalu dia mengamalkannya di waktu-waktu malam dan siang; dan (2) orang yang Allah karuniai harta lalu dia menginfakkannya di waktu-waktu malam dan siang. (HR. Muslim.Shahih).

Ghibthah terhadap dua orang yang dijelaskan dalam hadits di atas merupakan sikap yang baik. Bolehkah kita Ghibthah pada urusan dunia? Hal ini memiliki hukum asal yaitu boleh. Seperti kia ingin memiliki kendaraan seperti yang dimiliki oleh saudara kita, maka itu diperbolehkan.

Namun, perlu kita waspadai bahwa sesuatu yang hukumnya boleh akan menjadi tercela jika berlebih-lebihan. Demikian juga Ghibthahdalam urusan dunia. Ini seperti yang terjadi pada kaum Qarun. Ketika mereka melihat kemewahan dan kekayaan Qarun, maka mereka berangan-angan memiliki kemewahan seperti Qarun. Hal ini diterangkan oleh Allah Swt dalam surat Al Qashash ayat 79-80.

Adapaun Ghibthah yang dianjurkan adalah dalam urusan akhirat. Imam Nawawi rahimatulullah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Ghibthah dalam urusan akhirat adalah terhadap dua orang yang melakukan dua perbuatan sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas, atau perbuatan yang semisal dengannya.Ghibthah dalam urusan akhirat akan mendorong kita menjadi semakin semangat dalam beramal shaleh. Melihat orang yang hafidz Al Quran, maka kita menjadi semangat menghafal Al Quan. Melihat orang yang gemar bersedekah, maka kita menjadi semangat bekerja agar bisa leluasa sedekah.

Demikianlah contoh Ghibthah dalam urusan akhirat.Sahabatku dengki adalah perkara yang buruk. Lawanlah dengki dengan Ghibthah. Semoga kita tidak tergolong orang-orang yang merugi karena sesunguhnya dengki hanya mendatangkan dosa dan menyengsarakan diri. [*]

Oleh: KH Abdullah Gymnastiar

Inilah