Senin, 01 Juni 2015

Tujuh Petuah Seorang Ayah

Oleh Hasan Basri Tanjung

 REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tugas utama dan terbesar seorang ayah adalah mendidik istri dan anak-anaknya taat kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Dulu, ketika anak-anak masih kecil, saya menyiapkan waktu khusus untuk shalat Subuh berjamaah di rumah dilanjut dengan taklim. Alhamdulillah, nilai-nilai akidah tauhid, ibadah, dan akhlak (adab) mulai tertanam dan tumbuh perlahan laksana sebatang pohon.Namun, akar pohon akidah tersebut masih dangkal dan rapuh. Pohon kepribadian itu mesti dijaga dan dirawat oleh sang ibu. Ibu merawat batang dan dahannya (ibadah) agar berbuah di sepanjang musim (akhlak karimah). Inilah Mukmin sejati seperti pohon yang baik (QS Ibrahim [14]:24-25).Sang ayah yang diabadikan namanya karena upaya pendidikan keluarga yang luar biasa adalah Lukman al-Hakim. Ungkapannya yang santun dan menyentuh hati, yaitu yaa bunayya (wahai anakku) diulang tiga kali.Petuahnya untuk bertauhid, berbakti kepada orang tua, melakukan kebaikan sekecil apa pun, mendirikan shalat, sabar, amar makruf nahi mungkar, dan jangan meremehkan manusia diabadikan dalam surah Lukman ayat 12-19 agar kita mengambil hikmahnya.Begitu pun sang ayah, Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ya’kub AS menyapa dengan tutur kata yang lembut, yaa baniyya (wahai anak-anakku), untuk menanamkan akidah tauhid (QS al-Baqarah [2]: 132). Nabi Yakub AS juga menyapa anaknya Nabi Yusuf AS dengan panggilan, yaa bunayya (QS Yusuf [12]:5,67,87).Di pengujung hidupnya, ia mengevaluasi proses pendidikan tersebut dengan bertanya, “maa ta’buduuna min ba’dii” (apa yang kalian sembah setelah aku mati)? Mereka menjawab dengan tegas, yakni menyembah Tuhan Yang Esa, Allah SWT (QS al-Baqarah [2]:133). Beliau pun ter senyum hingga ajal menjemput.Sang ayah, Nabi Nuh AS, juga memberi pelajaran berharga. Perjuangannya mendidik anak lahir batin belum membuahkan hasil yang menggembirakan. Konon, ketika banjir bandang menenggelamkan daratan, Nabi Nuh masih memanggil penuh harap dan sayang anaknya, Kan’an, “Yaa bunayya, masuklah ke dalam perahu bersama kami.”Namun, Kan’an tetap tak mau mengikuti seruan ayahnya hingga tenggelam dihantam ombak besar dalam kekafiran (QS Hud [11]:42-44). Beliau memberi pelajaran berharga, yakni walau anak menjadi fitnah dan musuh yang menyesakkan dada, ia tak boleh berputus asa.Bagi para ayah, tujuh petuah berikut ini bisa jadi rujukan. Pertama, “Wahai anakku, agama laksana petunjuk jalan menelusuri kehidupan.” Kedua, “Wahai anakku, ilmu laksana cahaya yang menyinari di kegelapan malam.” Ketiga, “Wahai anakku, harta laksana hiburan menyenangkan dalam pertunjukan.” Keempat, “Wahai anakku, berbagi laksana air yang mengaliri pepohonan lalu berbuah dan dimakan oleh yang membutuhkan.”Kelima, “Wahai anakku, cinta laksana sekuntum bunga dalam hati yang diliputi kerinduan.” Keenam, “Wahai anakku, seni laksana simponi keindahan Ilahi dalam jiwa.” Ketujuh, “Wahai anakku, adab (akhlak) laksana mahkota kemuliaan tanpa memandang keturunan.” Wallahu a’lam bish-shawab. ¦

Red: Agung Sasongko

Empat Sifat pemicu Dosa

Oleh: M Sinwani

 REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- "Setiap anak cucu Adam itu banyak berbuat dosa dan kesalahan, tetapi sebaik-sebaik orang yang banyak berbuat kesalahan adalah orang yang banyak bertobat.’’Demikian pesan Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Majah. Ia menjelaskan bahwa setiap pribadi dari kita pasti tak bisa lepas dari dosa dan kesalahan dalam kehidupan, baik lahir atau batin. Dan, kita dianjurkan sesegera mungkin memohon ampun dan bertobat kepada Allah SWT.Tobat hukumnya wajib bagi kita saat melakukan dosa dan kesalahan, begitu pula hal-hal yang berkaitan dengan tobat berupa pengetahuan tentang dosa dan pemicunya juga ikut menjadi wajib,o karena bisa saja kita tergelincir kembali lantaran kurangnya pengetahuan tentang dosa.Dosa adalah suatu balasan dari setiap perkara yang menyimpang dari aturan dan perintah Allah SWT. Ia ada yang kecil dan ada pula yang besar. Dosa kecil dapat menjadi besar apabila kita kerjakan terus menerus, sedangkan dosa besar akan terputus apabila kita memohon ampun dan bertobat kepada Allah SWT.Dosa bisa pula diartikan sebagai sesuatu yang dapat menggelisahkan hati karena secara fitrah hati itu suci. Hati kita tentu menolak saat pertama kali bersinggungan dengan dosa dan kemaksiatan, tetapi manakala kita abai dan terus memperturutkannya maka sedikit demi sedikit hati akan tertutup dan buta dari kebaikan.Rasulullah SAW juga pernah ditanya tentang dosa dan kebaikan oleh salah seorang sahabat bernama Nauwas bin Sam’an. Beliau menjawab, "Kebaikan itu adalah perangai yang baik, sedangkan dosa adalah sesuatu yang beredar di hatimu dan engkau tidak suka diketahui oleh manusia yang lain." (HR Muslim).Dosa takkan terjadi tanpa ada pemicunya, ibarat api takkan muncul tanpa ada pemantiknya. Ada empat sifat dalam diri kita yang menjadi pemicu dosa, pertama, sifat rububiyyah. Tanpa kita sadari, terkadang kita masih menonjolkan sifat keakuan dalam kehidupan sehari-hari, seperti sombong, membanggakan diri, dan senang mendapatkan pujian dari orang lain. Padahal, sejatinya sifat ini murni milik Allah SWT.Kedua, sifat syaithoniyyah, yakni sifat yang melekat pada diri setan dan menjadi identitasnya, seperti dengki, zalim, tipu daya, dan mengajak kepada kerusakan dan kemungkaran.Ketiga, sifat bahimiyyah, yakni sifat yang mana kita senantiasa menuruti nafsu layaknya hewan, baik nafsu perut ataupun kemaluan. Darinya muncul perkara yang dilarang, seperti berzina, mencuri, dan memakan harta anak-anak yatim.Adapun sifat pemicu dosa yang keempat adalah sifat sab’iyyah, yakni sifat buas yang menjadikan diri kita liar manakala kita tidak mampu mengendalikannya, seperti marah, dendam, mencelakai orang lain dengan ucapan dan tindakan hingga bisa berujung pada pembunuhan. Naudzubillah.Dengan mengetahui hakikat dosa dan pemicunya ini maka kita akan mampu menjaga diri agar tidak terkena percikan dosa yang dapat membakar diri kita di dunia maupun akhirat. Wallahu a’lam.

Red: Agung Sasongko

Jangan Ingin Menang Sendiri

Oleh: Iu Rusliana 

-- Perbedaan pendapat itu sifatnya alamiah. Setiap orang memiliki pengalaman, pengetahuan, dan sikap yang kadang berbeda. Hanya saja, perbedaan itu harus dibingkai komunikasi yang santun, mendorong pada dialog yang terbuka, dan tetap memelihara sikap menghargai satu sama lain. Kebenaran yang disampaikan, tapi bila caranya salah, dengan sikap yang arogan dan ingin menang sendiri, akan diterima salah.Rasulullah SAW mencontohkan bagaimana beliau menghargai setiap perbedaan dan bila pun ada kekeliruan, meluruskannya dengan lemah lembut. Tak pernah ada cacian dan hinaan terucap, bahkan kepada musuhnya yang membencinya sekalipun. Perdebatan yang dilakukannya selalu terpelihara dari sikap menghinakan lawan bicara.Sementara kini, komunikasi antara sesama dan di ruang publik makin jauh dari sikap menghargai. Hanya karena berbeda pendapat, cacian, sindiran, dan ucapan melecehkan begitu mudah ditemukan dalam obrolan sehari-hari. Dalam acara televisi, arogansi dan caci-maki seolah telah menjadi tradisi. Bahkan di media sosial, mencela jadi biasa. Kesantunan dan menghormati sesama kini mulai menjadi perilaku langka.Di kalangan umat Islam, hanya karena berbeda dalam pemahaman keagamaan, mengafirkan menjadi biasa. Padahal, status kafir itu menakutkan. Siapa pun yang mengaku dirinya Muslim, akan sangat sedih bila dilabeli status itu. Janganlah dengan mudah menuding orang lain kafir karena hanya Tuhan yang tahu bagaimana kualitas beragama kita.Mengedepankan tabayun, komunikasi dua arah dan utuh akan mengurangi perbedaan persepsi. Sertakan semangat untuk memelihara ukhuwah Islamiyah. Jangan sampai perbedaan pendapat menjadi laknat.Ingatlah, Allah SWT telah memerintahkan kepada kita untuk menyampaikan dakwah dengan bijak, santun, dan jika pun harus berbantahan, lakukanlah dengan baik. "Serulah pada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS an-Nahl: 125).Ayat ini salah satu maknanya memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk menyampaikan risalah tauhid. Bahkan bila ada yang menolak dan meragukan Islam, bantahlah dengan cara yang terbaik. Apabila Rasulullah SAW saja diajarkan membantah dengan cara yang baik, tentu saja sebagai umatnya kita pun diperintahkan seperti itu.Janganlah berbantah-bantahan dan umpatan menjadi tradisi. Berkomunikasilah dengan menjaga perasaan orang lain tanpa kekerasan dan sindiran yang menyakitkan. Apalagi bila perbedaan pendapat itu dengan sesama Muslim, menahan diri dan menghormati apa yang menjadi pendapat saudara kita sangat utama. Semua kita tengah belajar beragama, tak ada seorang pun yang sempurna pengetahuannya. Bila ada ulama ahli fikih, pasti beliau kurang memahami bidang ilmu lain, demikian juga yang lainnya. Demikianlah, pengetahuan manusia terbatas. Sejatinya, apa yang diketahui, amalkanlah sebaik mungkin.Rasulullah SAW mengingatkan: "Engkau tidak menjadi alim sehingga engkau belajar, dan engkau tidak disebut mengerti ilmu sampai engkau mengamalkannya. Cukuplah dosamu bila kamu selalu mendebat, dan cukuplah dosamu bila kamu selalu menentang. Cukuplah dustamu bila kamu selalu berbicara bukan dalam zikir tentang Allah." (HR Darimi).Komunikasi yang sopan akan membawa pada semangat untuk menemukan kebenaran hakiki, bukan merasa benar sendiri. Ingatlah, kedalaman ilmu pengetahuan tidak ditentukan seberapa hebatnya kita berdebat. Belajar dan mengamalkannya menjadi penentu. Wallahu'alam.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG

Selasa, 26 Mei 2015

Nasehat al Ghazali Tentang Umur dan Waktu.

Simak untaian hikmah dari Mas SyaifulAnshor: Nasehat al Ghazali Tentang Umur dan Waktu.

Dalam banyak riwayat hadits disebutkan usia umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam tidak lama. Berkisar sekitar 60-70 tahun.

Itu pun sudah tua: rambut mulai memutih, gigi mulai habis, pendengaran perlahan berkurang, dan tenaga mulai melemah.

Berbeda dengan usia umat Nabi sebelumnya yang panjang. Karena sedikitnya tempo usia umat Nabi Muhammad itu, maka harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk memuliakan diri dengan ilmu dan ibadah.

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a, Nabi Muhammad Shallallhu ‘Alaihi Wassallam berkata: “Umur umatku antara 60 dan 70 tahun, sedikit dari mereka yang melampauinya.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Karenanya jika tidak dimanfaatkan dengan baik, maka waktu akan terbuang sia-sia.

Dan waktu yang telah berlalu tidak akan kembali. Dia akan pergi selamanya dengan segala kenangannya.

baik kenangan yang penuh penyesalan atau kebahagiaan. Manusia harus memanfaatkan waktu.

Hanya orang-orang yang mampu memanfaatkan waktu dengan baik yang akan jadi mulia.

Kalau mau jujur, sebenarnya kita lebih banyak menghabiskan waktu untuk sesuatu yang tidak bermanfaat daripada yang bermanfaat.

Kita lebih banyak bermain daripada belajar.
Kita lebih banyak bersendagurau daripada berfikir.
Kita lebih banyak menghabiskan waktu untuk duniawi daripada ukhrowi.
Kita lebih banyak menghabiskan waktu untuk membuat dosa ketimbang memupuk pahala.

Nauzubillah. Semoga Allah ‘Azza wa Jalla mengampuni kealpaan kita. Aamiin.

Kita kebanyakan menghabiskan waktu hanya untuk tidur ketimbang untuk hal-hal yang bermanfaat dan ibadah.

Coba bayangkan, jika rata2 usia umat manusia di jaman Nabi Muhammad ini sekitar 60 tahun & waktu yg digunakan untuk tidur sekitar 8 jam/hari

Seperti diketahui, kebanyakan orang—terutama di Indonesia—tidur mulai pada pukul 20.00 malam dan bangun sekitar pukul 05.00 pagi.

Iya kalau bangun tidur jam 05.00 pagi. Pasalnya, tidak sedikit di antara kita yang masih suka bangun tidur di atas jam 05.00 hingga ada yang telat dan tertinggal sholat shubuh. Nauzubillah!

Nah, kalau misalnya, rata-rata tidur 8 jam sehari itu dikali dengan masa usia rata-rata manusia yang mencapai 60 tahun,

Maka setidaknya kita menghabiskan masa 20 tahun untuk hanya tidur. Saya ulangi lagi: kita menghabiskan waktu 20 tahun hanya untuk tidur!

Sekarang, kita hitung lagi berapa banyak waktu yang kita manfaatkan untuk ibadah.

Jika 20 tahun kita manfaatkan untuk tidur, maka sisa 40 tahun. Coba bayangkan brp waktu utk ibadah, berapa lama utk menuntut ilmu,dan berapa tahun waktu yang dihabiskan untuk main-main dan mencari kehidupan duniawi!

Tentu jawabnya berbeda-beda. Tergantung pribadi masing-masing. Sebab, biasanya, manusia punya jadwal hidup (life schedule) masing-masing.

Bisa dibayangkan jika perhari kita habiskan berapa lama hanya untuk bermain atau sekedar bersendau gurau.

Berapa lama waktu dihabiskan untuk membaca al-Quran, berzikir, dan belajar.
Padahal, waktu itu terus berjalan dan tidak akan kembali.

Waktu ibarat pedang tajam yang apabila tidak digunakan untuk memotong sesuatu dengan baik, maka pedang waktu tersebut akan memotong kita bahkan memutilasi kita perlahan-lahan.

Karenanya, yang membedakan kualitas kemuliaan seseorang adalah dari pemanfaatan waktu.

Kalau waktunya habis dengan kerja-kerja intelektual, spiritual, dan kebermanfaatan kolektif maka dia akan menjadi pribadi yang mulia.

Karenannya, seseorang akan jadi mulia dengan menghabiskan waktu-waktunya untuk belajar dan senantiasa berzikir pada Allah.

Seseorang juga akan jadi mulia dan terhormat bila menghabiskan malam-malam yang gelap gulita itu dengan belajar, dan shalat tahajud.

Seperti kata pepatah Arab di atas: “Man tholabal ‘ula sahiral layali”
(Barangsiapa yang menginginkan kemuliaan maka seringlah bergadang pada malam hari).

Bergadang di situ tentunya bukan untuk sesuatu yang semu dan tidak manfaat. Seperti main, menonton film sepanjang malam, melihat pertandingan bola, dan hang out hingga larut malam.

Tapi, bergadang di situ adalah dengan melakukan kerja-kerja spiritual dan intelektual: belajar dan beribadah.

Ada banyak kisah orang sukses yg memanfaatkan waktunya. Dan, hampir semua orang sukses adalah orang yg memanfaatkan waktunya dengan baik.

Sebaliknya, orang gagal adalah orang yang tidak bisa memanfaatkan waktu dengan baik.

Waktu-waktu yang dimanfaatkan orang beriman itu seharusnya seperti yang dilakukan para sahabat dan pejuang zaman Rasulullah.

Di mana pada siang hari mereka seperti singa di padang pasir yang berjuang tanpa lelah

Sedangkan malam harinya dihabiskan dengan beribadah seperti rahib-rahib.

Orang besar dan sukses adalah mereka yang memanfaatkan waktunya dengan baik.

Dia tidak mau ada waktu semenit saja yang terbuang tanpa kebaikan dan kemanfaatan.

Imam Al-Ghazali menasihatkan agar setiap hari kita meluangkan waktu sesaat misalnya selesai shalat Subuh untuk menetapkan syarat-syarat terhadap jiwa (musyârathah).

“Aku tidak mempunyai barang dagangan kecuali umur. Apabila ia habis, maka habislah modalku sehingga putuslah harapan untuk berniaga dan mencari keuntungan lagi. Allah telah memberiku tempo pada hari yang baru ini, memperpanjang usiaku dan memberi nikmat.”

Al Quran Surat al ‘Ashr 1-3: mengingatkan; “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat menasihati dalam supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran”

Demikian sebuah nasehat dari Imam Al Ghazali | semoga bermanfaat'


Jumat, 10 April 2015

Lawan Sifat Dengki dengan Ghibthah


 

DENGKI atau hasad adalah sikap yang sangat tercela. Yaitu sikap seseorang yang tidak senang apabila melihat saudaranya mendapat kenikmatan, keuntungan atau karunia. Ia mengharapkan semua kenikmatan itu sirna dari saudaranya, dan kalau bisa berpindah kepada dirinya.

Sebagai firman Allah Swt, Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya (QS. AliImran [3]:120).

Dengki sangatlah tercela karena penyakit ini bisa menyebabkan berbagai penyakit lain yang tidak kalah busuknya. Yaitu dengki bisa mendatangkan rasa dendam, permusuhan, fitnah hingga kemunafikan yang merupakan dosa besar.

Betapa berbahayanya dengki itu, sampai-sampai Allah memperingatkan kita dari karakter dengki. Allah Swt berfirman,Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh. Dari kejahatan makhluk-Nya. Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus buhul-buhul. Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki. (QS. Al Falaq [113]:1-5).

Seperti seorang pedagang yang kiosnya bertetanggaan dengan pedagang lain. Mereka berjualan barang-barang yang kurang lebih sama. Namun, kios pedagang X lebih ramai dikunjungi pembeli disbanding kios pedagang Y. Lantas pedagang Y tidak suka atas apa yang terjadi pada pedagang X. Ia berharap dirinyalah yang mendapat keuntungan, bukan X. Timbul kegelisahan dalam hati Y, sehingga ia berfikiran negatif, mengharap apa yang dialami X, terjadi pada dirinya. Bahkan ia mengharapkan karunia yang dirasakan X itu berakhir.

Pendengki adalah orang yang paling rugi. Dia berbuat zhalim yang dirugikan dan menderita adalah dirinya sendiri. Padahal kedengkiannya pada orang lain tak akan mengubah apa yang telah Allah berikan kepada hamba-Nya. Takdir Allah terhadap seseorang tak pernah bisa dihalang-halangi oleh seorangpun atau sesuatu apapun.

Malangnya seorang pendengki adalah ia akan semakin bertambah nelangsa dan menderita jika pemberian Allah kepada orang yang didengki itu semakin bertambah. Kedengkian adalah bukti kurang iman. Dengki itu bukti tidak ridha pada perbuatan Allah terhadap hamba-Nya. Dengki itu sikap ingin mengatur Allah sesuai hawa nafsunya. Tentulah dengki itu sikap yang tak punya adab. Yaitu adab terhadap Allah, Tuhan semesta alam.

Padahal sesunguhnya Allah berbuat sesuai kehendak-Nya pasti dengan ke Mahaadilan-Nya. Harusnya kita bersyukur atas apa yang telah Allah karuniakan kepada kita, dan juga turut bersyukur atas apa yang Allah berikan kepada hamba-Nya yang beriman lainnya.Setiap orang mendapatkan kapling ketentuannya masing-masing. Jangankan satu kampung, bahkan kakak-adik saja atau kembar sekalipun tetap saja berbeda.

Rezeki, kemampuan, postur tubuh, jodoh dan hal lainnya tidak akan sama.Allah Swt memerintahkan sesama muslim untuk saling mendukung, membantu, mendoakan dan turut merasa gembira atas kegembiraan yang sedang dirasakan oleh sesama muslim. Inilah yang disebut dengan sikap Ghibthah, sikap yang bertolak belakang dengan dengki.

Para ulama menerangkan bahwa Ghibthah adalah rasa ingin mendapatkan kenikmatan atau keberuntungan yang didapatkan oleh orang lain, tanpa diiringi hawa nafsu yang menginginkan kenikmatan atau keberuntungan itu hilang dari orang yang mendapatkannya.

Orang yang Ghibthah juga tidak merasa benci manakala melihat orang lain mendapat nikmat atau keberuntungan.Inilah yang dimaksud dengan dengki atau hasad pada hadits berikut ini.

Rasulullah Saw bersabda, Tidak ada hasad yang dianjurkan, kecuali pada dua perkara, (Yaitu)(1) orang yang diberikan pemahaman Al Quran lalu dia mengamalkannya di waktu-waktu malam dan siang; dan (2) orang yang Allah karuniai harta lalu dia menginfakkannya di waktu-waktu malam dan siang. (HR. Muslim.Shahih).

Ghibthah terhadap dua orang yang dijelaskan dalam hadits di atas merupakan sikap yang baik. Bolehkah kita Ghibthah pada urusan dunia? Hal ini memiliki hukum asal yaitu boleh. Seperti kia ingin memiliki kendaraan seperti yang dimiliki oleh saudara kita, maka itu diperbolehkan.

Namun, perlu kita waspadai bahwa sesuatu yang hukumnya boleh akan menjadi tercela jika berlebih-lebihan. Demikian juga Ghibthahdalam urusan dunia. Ini seperti yang terjadi pada kaum Qarun. Ketika mereka melihat kemewahan dan kekayaan Qarun, maka mereka berangan-angan memiliki kemewahan seperti Qarun. Hal ini diterangkan oleh Allah Swt dalam surat Al Qashash ayat 79-80.

Adapaun Ghibthah yang dianjurkan adalah dalam urusan akhirat. Imam Nawawi rahimatulullah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Ghibthah dalam urusan akhirat adalah terhadap dua orang yang melakukan dua perbuatan sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas, atau perbuatan yang semisal dengannya.Ghibthah dalam urusan akhirat akan mendorong kita menjadi semakin semangat dalam beramal shaleh. Melihat orang yang hafidz Al Quran, maka kita menjadi semangat menghafal Al Quan. Melihat orang yang gemar bersedekah, maka kita menjadi semangat bekerja agar bisa leluasa sedekah.

Demikianlah contoh Ghibthah dalam urusan akhirat.Sahabatku dengki adalah perkara yang buruk. Lawanlah dengki dengan Ghibthah. Semoga kita tidak tergolong orang-orang yang merugi karena sesunguhnya dengki hanya mendatangkan dosa dan menyengsarakan diri. [*]

Oleh: KH Abdullah Gymnastiar

Inilah

Rabu, 07 Januari 2015

Rumus Kehidupan

Oleh: KH Abdullah Gymnastiar 

    SAUDARAKU, mungkin kita masih ingat beberapa rumus yang pernah diajarkan di sekolah. Seperti rumus luas lingkaran, segitiga, kubus, dan sebagainya. Rumus-rumus tersebut diajarkan di sekolah untuk memudahkan kita dalam menghitung. Orang tidak lulus ujian di sekolah bukan karena salah soal, tapi karena salah rumusnya. Salah rumus, salah jawabannya.Begitu dengan kehidupan ini. Rumus kehidupan adalah al-Quran dan Sunnah Rasul. Di antaranya adalah rumus tentang masalah, yang sehari-hari paling dekat dengan kita. Kita bisa membacanya pada surah al-Baqarah [2] ayat 155-157:

Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kalaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata Inn lillhi wa inn ilaihi rjin (sesungguhnya kami milik Allah, dan kepada-Nyalah kami kembali). Merekalah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk.

      Rumus ini menerangkan bahwa hidup kita pasti akan ditimpakan oleh Allah SWT, sedikit ujian. Ketakutan, kelaparan, maupun kekurangan harta. Pasti ditimpakan, dan tidak bisa tidak. Tetapi ayat tersebut melanjutkan agar memberikan kabar gembira bagi orang yang sabar dalam melaluinya. Jadi, kalau kita sabar, maka kepahitan itu sebetulnya adalah kabar gembira.
    Lalu, sabar itu apa? Kita semua milik Allah, dan kita pasti kembali kepada-Nya. Satu tidak merasa memiliki, dua tidak punya tempat kembali. Sehingga selama kita merasa memiliki, dan selama kita masih mencari tempat kembali selain Allah, maka tidak akan ada sabar.
    Jadi dari musibahlah datangnya berita gembira bagi orang yang sabar. Yaitu orang yang merasa tidak memiliki apa pun, kecuali yakin lahir dan batin kalau semuanya milik Allah SWT.
   Dengan begitu, barang siapa yang ingin mendapatkan keberkahan yang sempurna, curahan rahmat dan petunjuk, maka dia harus siap melewati kepahitan yang sedikit, dan yang pasti ditimpakan.Nah, saudaraku, ketika diberikan sebuah ujian, kita merasa menderita itu bukan karena ujiannya yang besar. Ujiannya itu hanya sedikit, dan kepahitannya untuk kita pun sudah diukur. Kita menderita menghadapi ujian itu karena kita sendiri yang mendramatisirnya. Mengapa? Karena kita belum tahu rumusnya.Dikarenakan tidak tahu atau lupa rumusnya, kadang ada juga orang yang malah sengaja mendramatisir kesulitannya sendiri. Kepahitannya justru dijadikan sebagai pencitraan, supaya orang-orang kasihan lalu membantunya, maupun supaya orang-orang menganggap dirinya hebat.
    Jangan, saudaraku. Untuk apa? Ujian hidup kita yang sedikit itu urusannya dengan Allah SWT, dan setiap jalan keluar juga milik-Nya. Berdoalah kepada Allah dan bersabarlah. Tidak akan ada gunanya kita menangisi masalah, mempersalahkan orang lain, atau mencari simpati dan pencitraan atas masalah yang dihadapi, kecuali hanya akan membuat kita semakin menderita. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.(QS. ar-Rad [13]: 28).

   Jadi, mari kita baca dan pelajari al-Quran dan Sunnah. Kita pahami rumus kehidupan yang telah dijelaskan dengan amat terang di sana. Supaya kita bisa lulus ketika menghadapi ujian, dan supaya hidup kita di dunia yang sementara ini tidak gagal. [*]

Waspadai Candu Duniawi

Oleh: KH Abdullah Gymnastiar 

CANDU adalah sesuatu yang membuat ketagihan. Namun, bahaya candu adalah yang bersifat dunia. Yakni candu bila dipuji, candu bila dihormati dan candu untuk dikagumi.
Saudaraku, manusia yang sudah kecanduan perlakuan dunia seperti itu. Hatinya akan merasa kurang senang bila tidak diperlakukan sebagaimana yang diinginkannya. Banyak contoh candu yang dapat mengotori hati, seperti candu ingin difoto, candu pencitraan, candu diwawancarai, candu didokumentasikan dan candu-candu dunia lainnya. 
   Bila ustad atau ulama memiliki candu seperti itu, maka ia tidak akan tenang hidupnya. Mereka akan sibuk menarik perhatian makhluk untuk candu yang ada pada dirinya. Tidak senang bila diperlakukan biasa-biasa saja. Tidak suka bila tidak ada yang memperhatikan. Maka, dia akan sibuk mencari perhatian dunia.
   Manusia yang sudah kecanduan dunia akan terus ingin diperhatikan oleh mahluk. Ia lupa kepada Allah yang Mahamelihat. Ia akan sibuk kepada dirinya sendiri, mulai dari penampilan dan sikap untuk mendapatkan perhatian makhluk, ingin disambut bila datang, dijamu, dan disalami tangannya. Dengan perlakuan seperti itu,ia akan merasa bangga dan senang. Itulah bahaya candu yang sudah tertanam dalam diri manusia yang haus akan perhatian makhluk.

    Berbeda halnya dengan manusia yang candu karena AllahSWT. Ia akan terus ketagihan dalam ibadah, dan mendekatkan diri kepada-Nya.Manusia yang sudah kecanduan ibadah karena Allah akan merasa tenang hidupnya.  Cukuplah Allah baginya. Hanya Allah yang menjadi tujuan hidupnya. Apapun yang dilakukan, bukan mengharap perrhatian dan pujian dari makhluk, namun Allah sebagai tempat akhir dalam amalannya.
Semoga kita terhindar dari candu yang memabukan dan melenakan terhadap dunia. [*]

Senin, 05 Januari 2015

5 Dzikir Utama 1 Subhanallah wa bihamdihi subhanallahil adzim

Perbanyaklah dzikir membaca“Subhanallah wa bihamdihi subhanallahil adzim”.

Artinya: “Maha Suci Allah dengan segala Puji bagi-Nya, Maha Suci Allah yang Maha Agung”.

Dzikir dengan menggunakan lafal “Subhanallah wa bihamdihi subhanallahil adzim” merupakan salah satu kalimat yang banyak dianjurkan di dalam hadits-hadits Nabi Saw, antara lain sebagai berikut :

Rasulullah Saw bersabda : 
“Dua kalimat yang ringan diucapkan lidah, berat dalam timbangan (timbangan amal hari kiamat) dan disukai oleh (Allah) Yang Maha Pengasih, yaitu kalimat Subhanallah wa bihamdihi subhanallahil adzim (Maha Suci Allah dengan segala Puji bagi-Nya, Maha Suci Allah Yang Maha Agung).” (HR. Bukhari 7/168 dan Muslim 4/2072).

Rasulullah Saw bersabda :“Sesungguhnya sebaik-baik ucapan kepada Allah SWT adalah kalimat Subhanallah wa bihamdihi.” (HR. Muslim dan Tirmidzi).

Diriwayatkan dari Abu Dzar. Rasulullah pernah ditanya“perkataan apa yang paling utama?”, Beliau menjawab, “yang dipilih oleh Allah bagi para Malaikat dan hamba-hamba-Nya, yaitu Subhanallah wa bihamdihi (Maha Suci Allah dengan segala Puji bagi-Nya).” (HR. Muslim).

Rasulullah Saw bersabda : “Barang siapa mengucapkan Subhanallah wa bihamdihi seratus kali dalam sehari, ia akan diampuni segala dosanya sekalipun dosanya itu sebanyak buih di laut” (HR. Muslim dan Tirmidzi).

Ibnu Umar ra meriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah Saw berkata kepada para sahabatnya,“Ucapkanlah Subhanallah wa bihamdihi sebanyak seratus kali. Barangsiapa mengucapkannya satu kali maka tertulis baginya sepuluh kebaikan, barang siapa mengucapkannya sepuluh kali maka tertulis baginya seratus kebaikan, barang siapa mengucapkannya seratus kali maka tertulis baginya seribu kebaikan, barang siapa menambahnya maka Allah pun akan menambahnya dan barang siapa memohon ampun, niscaya Allah akan mengampuninya.

”Dalam Musnad Imam Ahmad diceritakan bahwa ketika menjelang ajal Rasulullah Saw, Beliau memanggil putrinya dan berkata,“Aku perintahkan engkau agar selalu mengucapkan Subhanallah wa bihamdihi, karena kalimat tersebut merupakan doa seluruh makhluk dan dengan kalimat itulah semua makhluk mendapat limpahan rezeki.”

wallahualam

Hutang dan Air Mendidih

Usai salat zuhur di masjid Nogotirto, Jogjakarta, pada 30 Desember 2014, sahabat saya H. Hartoyo, pensiunan Pertamina, berkisah tentang mimpi anak sulungnya yang cukup mengerikan berkaitan dengan utang neneknya pada sebuah bank yang belum sempat terbayar sampai saat wafatnya. Jumlahnya hanyalah Rp 3 juta, dan itu pun bukan utang pribadinya, tetapi utang adiknya atas nama dia. 

Ketika menceritakan kembali isi mimpi anak tentang ibunya ini, tangan Bung Hartoyo masih gemetar. Begitu mencekam, begitu menakutkan, sehingga anak Hartoyo menjerit sambil terbangun. Komentar Hartoyo: “Ternyata ada hubungan batin antara anak dan neneknya yang sudah wafat.” Tidak mustahil, karena memang ada mimpi penting untuk menyadarkan orang dari kealpaan.

Apa yang terlihat oleh anak Hartoyo dalam mimpi itu dan apa pula tafsiran Hartoyo terhadap mimpi itu? Inilah gambarannya yang saya turunkan dari hasil tuturan Hartoyo: Ada sebuah bak besar berisi air yang sedang mendidih, panas sekali. Di dalamnya terapung ibu kandung Hartoyo yang sedang berteriak minta tolong. Sambil menangis, anak Hartoyo mengadu kepada bapaknya tentang apa yang dilihatnya dalam mimpi itu. 

Hartoyo ternyata cepat tanggap. Ini, katanya, pasti bertalian dengan masalah ibunya yang semasa hidup yang tidak diceritakan kepada anak-anaknya. Benar, ternyata ada utang adik ibunya sejumlah di atas. Hartoyo segera menghubungi pihak bank untuk melunasi utang itu.
Setelah utang dilunasi, lagi anak Hartoyo bermimpi bahwa neneknya mengucapkan terima kasih kepada Hartoyo, anak kandungnya itu.

Kita tidak tahu pasti takwil sebuah mimpi, tetapi tuturan Hartoyo di atas penting untuk direnungkan. Bukankah, jika seorang Muslim/Muslimah wafat, sebelum dimakamkan, pihak keluarga tentu tidak lupa menanyakan kepada para pelayat tentang kemungkinan si mayat punya utang atau tidak. Jika ada utang, hendaklah pihak keluarga diberi tahu agar semua masalah dunia itu diselesaikan segera atau direlakan, demi perjalanan arwah si mayat ke alam lain tidak terhambat oleh utang yang masih belum terbayar.

Kesulitan sebagian kita adalah kebiasaan berutang sampai menumpuk, tetapi tidak cepat dibayar, sehingga menjadi kumulatif.

Biasanya jika utang sudah berlapis-lapis kepada banyak pihak lagi, lama-lama kepekaan batin seseorang menjadi tumpul, skrup ubun-ubunnya menjadi longgar. Namanya menjadi gunjingan di mana-mana. Seolah-olah utang bukan lagi sebuah beban yang dapat membuat kepalanya jadi pusing tujuh keliling.

Dalam situasi yang semacam ini, pilihan terbaik dan terhormat bagi yang bersangkutan adalah agar cepat sadar dan berdo’a kepada Allah sambil berusaha agar diberi rejeki tambahan untuk secepatnya melunasi utang. 

  Allah Maha Mendengar jeritan seorang hambaNya yang sedang dililit utang. Rasanya pintu rezki akan terbuka lebar dengan syarat  kita bersedia memulihkan kepekaan batin untuk secepatnya membayar utang itu. Jangan dibiarkan larut tersandung oleh tumpukan utang yang dapat sangat merepotkan pihak keluarga jika sewaktu-waktu kita didatangi malaikat maut.

Dulu kami pernah pula punya utang untuk keperluan anak dan untuk membayar uang muka rumah KPR (kredit perumahan rakyat) dan angsuran bulanannya setelah sekitar 20 tahun hidup dalam rumah sewaan sampai pindah berkali-kali. Maklumlah nasib pegawai negeri dengan penghasilan yang serba kurang. Saya sekeluarga baru bernafas secara ekonomi sejak tahun 1990 karena diminta mengajar di Universitas Kebangsaan Malaysia selama dua tahun atas dorongan alm. DR Imaduddin Abdurrahim.
Rampung di Malaysia, ada saja pintu rezki yang dibukakan Allah. Pernah mengajar di Institute of Islamic Studies, bagian dari Universitas McGill, Kanada, atas rekomendasi Menteri Agama alm Munawir Sjadzali. Tak selang beberapa tahun kemudian diminta pula oleh Pak Akbar Tandjung (Mensekneg ketika itu) untuk menjadi anggota DPA tahun 1998 s/d 2003.

  Sekarang saya tidak miskin dan tidak kaya, sedangan saja, tetapi tanpa utang dan kami sudah punya rumah pribadi. Alhamdulillah, Allah Maha Pemberi Rezki yang tak putus-putusnya sampai hari ini. Ada do’a yang baik: “Allâhumma a’ûzdubika min al-dain” (Ya Allah, aku berlindung kepada Engkau dari jeratan utang). 

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ahmad Syafii Maarif

Red: Maman Sudiaman

Minggu, 04 Januari 2015

Doa Mohon Pertolongan

Doa Mohon Pertolongan

رَبَّنَآ أَخْرِجْنَا مِنْ هَٰذِهِ ٱلْقَرْيَةِ ٱلظَّالِمِ أَهْلُهَا وَٱجْعَل لَّنَا مِن لَّدُنكَ وَلِيًّا وَٱجْعَل لَّنَا مِن لَّدُنكَ نَصِيرًا

Rabbanaa akhrijnaa min haazihil qaryatiz zaalimi ahluhaa, waj'al lanaa mil ladunkawaliyyaan, waj'al lanaa mil ladunka nasiraan

Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang penduduknya zalim. Berilah kami pelindung dari sisi-Mu dan berilah kami penolong dari sisi-MuQS. An-Nisa 75

Penjelasan:
Dalam ayat ini Allah SWT memotivasi hamba-hamba-Nya yang beriman untuk berjihad di jalan-nya dan berusaha menyelamatkan kaum lemah yang terjebak di Mekah. Doa ini adalah doa kaum lemah yang terjebak di Mekah.

Doa Mohon Anugerah Kekuatan,Kekuasaan dan Rejeki

Doa Mohon Anugerah Kekuatan, Kekuasaan, dan Rezeki

ٱللَّهُمَّ مَٰلِكَ ٱلْمُلْكِ تُؤْتِى ٱلْمُلْكَ مَن تَشَآءُ وَتَنزِعُ ٱلْمُلْكَ مِمَّن تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُ ۖ بِيَدِكَ ٱلْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِير

ٌAllahumma maalikal mulki tu'tiil mulka man tasyaa-u watanzi'ul mulka mimman tasyaa-u watu'izzu man tasyaa-u watudzillu man tasyaa-u biyadikal khairu innaka 'ala kulli syai-in qadiirun

Wahai Tuhan Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapapun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapapun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapapun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapapun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Makakuasa atas segala sesuatu.QS. Ali-Imran 26

Penjelasan:
Dalam ayat ini Allah menyuruh Nabi Nya untuk menyatakan bahwa Allah lah Yang Maha Suci yang mempunyai kekuasaan tertinggi dan Maha Bijaksana dengan tindakan Nya yang sempurna di dalam menyusun, mengurus, dan merampungkan segala perkara dan yang menegakkan neraca undang-undang umum di alam ini.

Maka Allah lah yang memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki Nya di antara hamba-hamba Nya. Ada kalanya Allah memberikan itu bersamaan dengan pangkat kenabian seperti keluarga Ibrahim, dan ada kalanya hanya memberikan pemerintahan saja menurut hukum kemasyarakatan yaitu dengan menyusun kabilah-kabilah dan bangsa-bangsa.

Dan Allah juga yang mencabut pemerintahan dari orang-orang yang Dia kehendaki disebabkan mereka berpaling dari jalan yang lurus, jalan yang dapat memelihara pemerintahan, karena meninggalkan keadilan, berlaku curang dalam pemerintahan. Demikianlah hal itu telah berlaku pula terhadap Bani Israel dan lain-lain bangsa disebabkan kelaliman dan kerusakan budi mereka.

Doa Kekuatan Iman

Doa Kekuatan Iman

رَبَّنَآ إِنَّنَآ ءَامَنَّا فَٱغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّار

ِRabbanaa innanaa aamannaa faaghfir lanaa dzunuubanaa waqinaa 'adzaabannaari

Ya Tuhan kami, kami benar-benar beriman, maka ampunilah dosa-dosa kami dan selamatkanlah kami dari siksa neraka
QS. Ali-Imran 16

Penjelasan:
Dalam ayat ini menjelaskan tentang pengakuan telah beriman, cara hidupmu dirubah. Tidak lagi semata-mata mengejar "perhiasan dunia", tetapi mengingat lagi akan perjuangan kelak di kemudian hari dengan Allah.
Lantaran telah beriman, mengakuilah bahwa di zaman yang sudah-sudah memang hidup itu hanya ingat dunia saja, sebab itu memohon ampun kepada Tuhan atas dosa-dosa yang telah lalu itu, dan memohonkan lagi kepada Tuhan peliharakanlah kiranya daripada siksaan neraka itu. Sebab dengan adanya iman di dalam hati kami, kami telah mendapat suluh dan telah jelas oleh kami jalan yang akan ditempuh. Cuma kadang-kadang mendapat gangguanlah kami daripada hawa nafsu kami dan perdayaan syaitan.

Arti dan Manfaat Dzikir

Arti Dzikir

Arti dzikir adalah upaya mengingat Allah dengan cara memuji dan menyebut-Nya.

Dalil-Dalil Dzikir

“Karena itu ingatlah Aku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat) – Ku” (QS. Al-Baqarah : 152).“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya”(QS. Al-Ahzab : 41).

Manfaat dzikir yang disebutkan dalam Al-Quran adalah:

-Membuat Hati Menjadi Tentram

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram” (QS. Ar-Ra’d : 28).

-Keteguhan Hati

Manfaat dzikir lainnya adalah membuat hati kuat, menghasilkan keyakinan/ keteguhan hati. Hal ini dijelaskan dalam ayat Al-Quran berikut :“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung” (QS. Al-Anfal : 45).

Allah Akan Mengingat Kita

Manfaat lainnya adalah Allah senantiasa mengingat kita seperti dijelaskan pada ayat Al-Quran berikut :“Ingatlah kamu kepada Aku niscaya Aku ingat kepadamu” (QS. Al-Baqarah : 152).
Allah berjanji jika kita ingat kepada-Nya, maka Dia akan ingat kepada kita. Saat kita dalam ketakutan, kesedihan, kesulitan, terkena musibah dengan berdzikir maka Allah pasti memberikan ketenangan, mengangkat kesedihan, membebaskan kesulitan dan memberikan pertolongan saat musibah.

-Mengusir dan Mencegah Tipu Daya Setan

Dzikir memiliki manfaat sebagai pencegah tipu daya setan, muraqabah atau ingat kepada Allah, dijelaskan dalam Al-Quran dalam ayat sebagai berikut :“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka sadar kembali” (QS. Al-A’raf : 201)

-Ketenangan/ Ketentraman Jiwa

Allah memberikan jaminan/ garansi bahwa hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram dan tenang.“Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram” (QS. Ar-Ra’d : 28).

-Ampunan Allah

Dengan mengingat Allah/ menyebut nama Allah, Allah memberikan mereka ampunan dan pahala, seperti tersebut dalam ayat Al-Quran berikut :“Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”(QS. Al-Ahzab : 25)

Doa Berlindung dari Kesesatan

Doa Perlindungan dari Kesesatan

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّاب

ُRabbanaa laa tuzigh quluubanaa ba'da idz hadaitanaa wahab lanaa min ladunka rahmatan innaka antal wahhaabu

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu; Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi (karunia)
QS. Ali-Imran 8

Penjelasan:
Ayat ini merupakan doa saat kita menghadapi segala soal di dalam hidup ini. Selama petunjuk Allah SWT masih membimbing kita akan selamatlah kita. Jangan kita berani berjalan dengan kemauan sendiri, memperturutkan kehendak hawa-nafsu, niscaya kita akan sesat.

Semoga Allah SWT akan menjauhkan kita dari kesesatan itu. Tidaklah hidup di dunia yang paling sengsara daripada sesat sesudah petunjuk, atau kepadaman suluh di tengah jalan. Teringat kepada nikmat iman yang pernah dirasai, sekarang telah hilang dan payah buat kembali ke sana. Orang lain kelihatan maju terus menuju ridha Allah SWT, sedang diri sendiri telah terbenam ke dalam lumpur kesesatan.

Itu sebabnya selalu kita hendaknya memohonkan rahmat yang datang Iangsung dari Allah SWT, rahmat ke dalam hati dan sikap hidup, yang memancar kepada amal dan perbuatan. Sampai kelak kita meninggal dunia dengan khusnul khatimah.

Doa Diringankan Beban

Doa Diringankan Beban

رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ إِن نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦ ۖ وَٱعْفُ عَنَّا وَٱغْفِرْ لَنَا وَٱرْحَمْنَآ ۚ أَنتَ مَوْلَىٰنَا فَٱنصُرْنَا عَلَى ٱلْقَوْمِ ٱلْكَٰفِرِين

َRabbanaa laa tu-aakhidznaa in nasiinaa aw akhtha/naa rabbanaa walaa tahmil 'alaynaa ishran kamaa hamaltahu 'alaalladziina min qablinaa rabbanaa walaa tuhammilnaa maa laa thaaqata lanaa bihi wa'fu 'annaa waghfir lanaa warhamnaa anta mawlaanaa fanshurnaa 'alaa lqawmi lkaafiriin

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.

QS. Al-Baqarah 286

Penjelasan:
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebaikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.

Doa Kohon Kesabaran dan Minta Pertolongan

Doa Kesabaran dan Minta Pertolongan

رَبَّنَآ أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَٱنصُرْنَا عَلَى ٱلْقَوْمِ ٱلْكَٰفِرِين

َRabbanaa afrigh 'alaynaa shabran watsabbit aqdaamanaa waunshurnaa 'alaa alqawmi alkaafiriina
Ya Tuhan, limpahkanlah kesabaran atas diri kami, kokohkanlah pendirian kami, serta tolonglah kami dalam mengalahkan orang-orang kafir

QS. Al-Baqarah 250

Penjelasan:
Doa ini dipanjatkan Thalut dan bala tentaranya dalam menghadapi Jalut dan bala tentaranya, dalam perang ini pasukan Thalut dapat mengalahkan Jalut dan Daud membunuh Jalut.

Doa Sapu Jagad

Doa Sapu Jagad

رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّار
ِRobbana a'tina fid'dun yaa hasanah, wafil a' khirotil hasanah, waqinaa azab'bannar

Ya Tuhan, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.
QS. Al-Baqarah 201

Penjelasan:
Doa ini merupakan doa yang singkat tapi sangat berguna karena mencakup semua aspek kehidupan diantaranya memiliki kandungan, memohon kebaikan di dunia, kebaikan di akhirat dan keselamatan dari siksa api neraka. Doa ini baik dibaca dalam setiap kesempatan.

Sebab Turunnya Ayat:

Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dari Ibnu Abbas, katanya, "Suatu golongan dari kalangan Arab biasa datang ke tempat berwukuf lalu berdoa, 'Ya Allah! Jadikanlah tahunku ini tahun hujan dan tahun kesuburan, serta tahun kasih sayang dan kebaikan,' tanpa menyebut-nyebut soal akhirat walau sedikit pun."
Allah pun menurunkan tentang mereka, "Di antara manusia ada yang mengatakan, 'Ya Tuhan kami berilah kami (kebaikan) di dunia, tetapi tiadalah bagian di akhirat.'
(Q.S. Al-Baqarah 200)

Setelah itu datanglah golongan lain yakni orang-orang beriman yang memohon, 'Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta lindungilah kami dari siksa neraka. Mereka itulah yang beroleh bagian dari apa yang mereka usahakan, dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.'"

(Q.S. Al-Baqarah 201)

Doa Diterima Amalan

Doa Diterima Amalan

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّآ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيم

ُRabbanaa taqabbal minnaa, innaka antas sami'ul 'alimu
Ya Tuhan kami terimalah (amalan) daripada kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui

QS. Al-Baqarah 127

Penjelasan:Doa ini menjelaskan bahwa segala amalan yang dikerjakan oleh Nabi Ibrahim dipersembahkan semata-mata hanya untuk Allah. Nabi Ibrahim menyebutkan dua sifat Allah, yaitu Maha Mendengar bahwa Allah mendengar doa hamba-Nya dalam arti diterima oleh Allah dan Maha Mengetahui segala alasan dari doa yang dipanjatkan.

Doa Berserah Diri

Doa Berserah Diri

رَبَّنَا وَٱجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَآ أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَآ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيم

ُRabbanaa waj'alnaa muslimaini
laka wa min zurriyyatinaa ummatam muslimatal laka, wa arinaa manaasikanaa wa tub 'alainaa, innaka antat tawwaabur rahimu

Ya Tuhan, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada-Mu, dan jadikanlah pula anak turunan kami umat yang tunduk patuh kepada-Mu. Tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, serta terimalah taubat kami. Sungguh Engkau Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang

QS. Al-Baqarah 128

Penjelasan:

Dalam Al-Quran dijelaskan doa ini di baca oleh orang-orang muslim yang tulus setelah selesai melaksanakan ibadah haji. Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan doa ini mengandung seluruh kebaikan di dunia dan akhirat serta menghindarkan dari segala kejelekan. Oleh karena baik sekali doa ini dibaca pada setiap kesempatan.

Keutamaan Tidur Dalam Keadaan Suci

Keutamaan Tidur Dalam Keadaan Suci

من بات طاهراً بات في شعاره مَلَك

Barang siapa tidur dalam keadaan suci ( berwudhu) maka dihelai rambutnya ( Pakaiannya ) ada malaikat.

قال صلى الله عليه وسلم : من بات طاهراً بات في شعاره ملك ، فلم يستيقظ إلاَّ قال الملك : اللهم اغفر لعبدك فلان فإنه بات طاهراً . رواه ابن حبان وغيره ، وهو في صحيح الترغيب والترهيب

Telah bersabda Rasulullah : barang siapa yang tidur malam dalam keadaan suci ( berwudhu) maka dia tidur dalam keadaan dijaga malaikat dihelai rambutnya dan tidaklah dia bangun kecuali para malaikat akan mendoakannya : Ya Allah ampunilah hamba-MU ini Fulan karena dia tidur dalam keadaan bersuci ( HR ibnu majah
وقال صلى الله عليه وسلم : مَا مِنْ مُسْلِم
ٍ يَبيتُ عَلَى ذِكْرٍ طَاهِراً فَيَتَعَـارّ مِنَ الّليْلِ ، فَيَسْأَلُ الله خَيْراً مِنَ الدّنْيَا وَالآخِرَةِ إِلاّ أَعْطَـاهُ إِيّـاهُ . رواه الإمام أحمد وأبو داود ، وهو حديث صحيح

Tidaklah seorang muslim tidur di malam hari dalam keadaan dengan berdzikir dan bersuci, kemudian ketika telah terbangun dari tidurnya di tengah malam lalu meminta kepada Allah kebaikan dunia dan akhirat, melainkan pasti Allah akan mengabulkannya.” ( HR. Imam Ahmad dan Abu Dawud )

InsyaAlloh mudah, karena kita biasa ke kamar mandi sebelum tidur, alangkah baiknya jika langsung berwudhu setelah gosok gigi… Allohumma

 Ditulis Oleh: Ust. Abdul Wahab Lc